Memilih Petualangan Sendiri

Apakah Kamu telah memilih petualanganmu sendiri?

Raenata Sachi
3 min readMar 30, 2023
Swan at the lake by Hans Zatzka

Beberapa orang mulai menyadari bahwa pergi ke restoran dan duduk di meja makan sendiri adalah hal yang wajar. Beberapa juga mengapresiasi orang yang memilih berani bertindak seperti itu. Standardisasi di meja makan restoran bersama kerabat, keluarga, atau pasangan mulai luruh, walau tak sepenuhnya. Jelasnya, kita sudah bebas memilih tanpa perlu disudutkan atas pilihan kita.

Untukku, itu bukan hal baru, namun memang sepatutnya adalah hal normal yang tak perlu dipedulikan orang lain selain kita yang melakukannya. Maka, aku memilih sendiri. Bukan untuk memilih tak berteman juga tanpa pasangan, melainkan pemenuhan keinginanku yang tak selalu butuh kehadiran orang lain. Keinginan adalah kewajiban seseorang yang menginginkan, itu menurutku.

Memilih berpetualang sendiri adalah target, standardisasi, dan kebutuhanku selama ini. Lalu, aku sudah berhasil memenuhi itu semua tepat di usia ke delapan belas. Cukup dini untuk aku menyadari bahwa idealisme yang telah tertimbun dari semua ketidaknyamanan hidup bergantung pada teman itu kini terwujud.

Mulai dari petualangan pertama karena ambisi pada galeri seni di Jakarta. Petualangan itu berhasil membuatku tersesat karena salah rute transportasi umum, terjebak hujan, tertipu jadwal kereta arah Nambo, hingga salah galeri. Dari sini aku belajar untuk tetap bersyukur atas semua yang dilewati, belajar untuk pulang tanpa rasa menyesal dan trauma, belajar untuk membayar tuntas rasa penasaran.

Hingga kini, aku berpetualang sendiri. Mengunjungi perpustakaan sendiri. Mengunjungi pertunjukan seni sendiri. Menghadiri pameran karya seni sendiri. Menaiki transportasi umum untuk pertama kalinya--selain kereta--sendiri. Menghadiri agenda suatu komunitas sendiri. Serta tentunya, mengolah pikiran dan berdiskusi dengan diri sendiri selama perjalanan itu.

Meski begitu, perjalanan juga terkadang kuhiasi dengan yang terkasih, teman, atau keluarga. Mengajari mereka cara menikmati semua tempat yang dikunjungi. Mengajari untuk berbahagia di setiap titik petualangan dan puaskan keinginan.

Memilih petualangan sendiri tetap yang paling berkesan. Mulai dari perencanaan sepekan sebelum eksekusi. Merencanakan uang yang perlu di simpan untuk hari-H. Mencari transportasi umum dan mengoleksi segala kartu aksesnya. Serta yang paling menantang adalah saat membutuhkan bantuan orang lain; belajar situasi sosial.

Dari petualangan sendiri pula, aku memelajari banyak hal. Hal paling penting adalah berjalan tegap, konstan, dan pandangan ke depan sehingga mampu menghindari kontak mata dengan orang-orang yang hendak menyita waktu dengan belasan lembar formulir bahkan modus penipuan berupa produk yang tak dijajakan.

Berpetualang sendiri juga membuatku menyadari bahwa sebuah keinginan tak seharusnya bergantung pada orang lain. Ketika ingin pergi, maka pergilah. Ketika ingin bertanya, maka bertanyalah. Ketika ingin makan, makan pesan dan nikmatilah makanannya. Ketika ingin pulang, maka pulanglah. Jika ingin berbusana modis dengan warna yang mencolok, maka pakailah busana itu dan berjalan tanpa memandang orang sekitar. Syukuri semua yang didapat dan sempatkan kembali jika memang ada yang belum terpenuhi. Buat kenangan untuk tempat itu dengan cara tersendiri. Puaskan kaki itu menjelajah dan izinkan semua rasa linu datang saat tiba di rumah saja.

Selamat untuk Kamu yang berhasil memilih petualanganmu sendiri, dan Semangat untuk Kamu yang sedang memperjuangkan pilihanmu sendiri. Pesan untuk tulisan ini, tulisan yang dibuat berdasarkan sudut pandang dan pengalaman pribadi yang mungkin--sebagian besar--tak sama dengan pengalaman orang lain.

Jangan lupa membaca hari ini, Bestie!

--

--

Raenata Sachi
Raenata Sachi

Written by Raenata Sachi

Biasa bergelut dengan cerita dan puisi, kini sedang belajar menghadapi kenyataan dalam menulis.

No responses yet